Tangisan Di
Ruang Guru.
Nama gw opin. Ini cerita horror gw saat gw menjadi panitia
qurban di sekolah gw.
Hari senin adalah hari dimana qurban di sekolah gw di
laksanakan, otomatis minggu semua harus di persiapkan dan di rapikan. Di
sekolah 20 panitia di suruh menginap dan di berikan tugas untuk merapikan
peralatan, mengasah pisau dan menjaga sapi.
Kebetulan gw, rafi, dan alwin bertugas mengasah pisau, golok,
dan kapak. Sebagian bertugas menjaga sapi.
Gw dan rafi sedang bercerita tentang ruangan-ruangan di
sekolah gw yang angker.
Tiba-tiba terdengar suara.
“BRAKKKK” pintu ruang guru di lantai dua terbuka seperti di
banting, lantas semua panitia menuju ke atas dan mengecek nya. Namun yang ada
hanyalah kegelapan dan kosong, ngak ada apa-apa selain meja, kursi, buku, dan
peralatan serta perlengkapan sekolah.
Panitia langsung menutup pintu ruang guru dengan tali (pintu
ruang guru kuncinya rusak) dan menghalanginya dengan meja yang di ambil dari
sebuah kelas.
Jam 23:50 semua panitia di suruh tidur, anak kelas satu di
bagi ke 2 tempat. Satu di ruang dekat kantor bawah tempat tas dan satu lagi
kelas yang di jadikan ruang untuk memasak di dekat kamar mandi sekolah.
Untuk beberapa anak kelas 2 harus tidur dekat dengan sapi
yang posisinya berada di lapangan. Gw tidur bersebelahan dengan Eca yang memang
menjadi ketua acara.
Sebelum tidur gw dan teman-teman gw sempat untuk bercerita
seram lagi seputar tempat angker di depok yang berada di dekat sekolah gw dan
beberapa cerita-pun bisa membuat kami tidur.
Sesaat semua tidur terlelap, sekitar jam 02:00 anak kelas dua
terbangun karena mendengar suara bantingan pintu lagi dari ruang guru. Lantas
semua panitia yang anak kelas dua memeriksa ke atas, gw berada di depan dan
saat gw mengarahkan senter ke arah ruangan guru. Meja yang tadi kami letakkan
di depan ruang guru sudah berpindah ke dekat kelas X-2 dan pintunya sudah
terbuka.
Karena kami pikir takut ada maling akhirnya sebagian anak
kelas dua turun ke bawah dan mengambil pisau lalu naik lagi ke lantai dua.
Sesaat kami berjalan dengan pelan-pelan menuju ruang guru. Langkah kami
terhenti dengan suara tangisan. Tangisan itu bukan dari arah belakang kami,
bukan dari arah kelas yang berjajar dengan kelas lainnya, bukan juga dari atas loteng. Asal tangisan tersebut berasal
dari ruang guru. Beberapa anak kelas dua ada yang meminta untuk turun, tapi karena
gw bilang kita rame dia sendirian akhirnya maju semua ke arah ruang guru.
Kami mengambil satu langkah suara tangisan tersebut agak
mereda dari yang tadinya keras. Kami mengambil langkah kedua dan tangisan
tersebut agak mereda lagi. Kami terus mengambil langkah sampai suara tangisan
tersebut benar-benar seperti suara tangisan anak wanita kecil yang kehilangan
ibunya.
Kami berada di depan ruang guru lalu gw, rafi, dan eca yang
masuk lebih dulu di depan dengan mengambil satu langkah bersama-sama. Sambutan
yang kami bertiga terima adalah suara bantingan gelas yang pecah. Kami berjalan
lagi satu langkah dan “BRAAAAAAKKKKKKKKK” pintu ruang guru tertutup. Gw, rafi,
dan eca benar-benar kaget karena sudah berada di dalam.
Gw: “woy jangan bercanda woy, buka woy.”
Alwin: “ dari tadi udah gw coba buka pin, awas lo gw pengen
dobrak”
“BREEEKKKK” pintu ngak bisa di dobrak dan yang terjadi gw dan
kedua teman gw terkurung.
Alwin: “bentar pin gw panggil penjaga sekolah dulu.”
Gw yang berada di depan pintu langsung di colek oleh rafi dan
memanggil nama gw dengan terbata-bata.
Rafi: “pi..pi…opi…opin.”
Gw: apa? (sambil memegang senter yang gw arahkan ke muka dia)
Rafi: “Lo liat ke dekat kamar mandi guru.”
Gw langsung berbalik melihat eca dan rafi yang lagi terpaku
melihat ke arah kamar mandi guru, gw langsung mengubah arah senter dan tepat gw
mengarahkan senter gw ke kamar mandi senter gw mati.
Dengan samar-samar gw melihat seorang gadis dengan rambut
panjang yang menutupi wajahnya dan memakai seragam sekolah lengkap dengan rok
abu-abunya sedang melayang. Walau gelap gw yakin dia menatap kami. Kami tidak
bisa bersuara apalagi bergerak.
Gw melihat rafi sedang mencoba berbicara dengan kata-kata
yang ngak lucu banget.
Rafi: “mbakkkk, la…. Lagi ngak smsan kan?”
Gw: “tol*l lo, ngak liat apa dia ngak ada kaki dan
tangan.”(gw berbicara dengan berbisik)
Wanita yang ada di depan kami langsung mengenggakkan dengan
kepalanya. Dia menangis dan gw, rafi, dan eca ngak bisa bersuara lagi. Wanita
tersebut mengatakan “TOLONG SAYA….TOLONG SAYA…. RASANYA SAKIT SEKALI….” Dengan
nada yang tertatih-tatih dan dia melayang mendekati kami di situ senter gw
nyala dan ternyata bajunya penuh dengan darah apalagi di daerah lengannya dan
di daerah rok dekat paha, rambutnya yang tadi menutupi dia mulai terurai
kebelakang dan wajahnya-pun terlihat. Matanya merah dan ada bekas luka pisau di
jidatnya, sudah di pastikan itu bukan manusia. Kami bertiga akhirnya bisa
berbalik badan dan ketika kami berbalik secara bersamaan, dia ada di depan
kami. Hanya berjarak 20 cm dari kami, dia langsung berkata “tolong temukan
tangan saya di gedung sekolah ini”
Setelah dia berkata seperti itu kami langsung pingsan dan di
bangunkan oleh penjaga sekolah dan sudah berada di ruang panitia.
Beberap menit kami bertiga sempat memulihkan fisik dan mental
untuk persiapan qurban karena sekarang sudah jam 04:00.
Karena gw dan Rafi masih penasaran dan penjaga sekolah masih
ada di ruang panitia Rafi langsung menanyakan soal wanita yang ada di ruang
guru.
Rafi: “bang, di ruang guru emang knapa sih ada kaya hantu
wanita nangis-nangis gitu.”
Penjaga sekolah: “owh kamu pingsan dari tadi karena itu?
Bilang dari tadi, jadi dulu saat ruang guru semen betonnya ambruk, sekolah di
renovasi untuk pemulihan gedung. Lalu ada anak wanita kelas 11 yang jadi korban pemerkosaan temannya
sendiri, setelah sudah di perkosa lalu di bunuh dengan cara di mutilasi bagian
tangan dan kakinya. Rumor-rumornya bagian tubuhnya yang di mutilasi di buang ke
dalam penggilingan semen beton untuk lantai ruang guru di lantai dua. Ya
sekarang mungkin tangannya sudah menjadi pondasi lantai ruang guru dan dia
setiap malam selalu mencari tangan dan kakinya yang hilang di setiap sudut
sekolah, apalagi ruang guru lantai dua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar